Boat Bantuan untuk Meurahdua Diduga Raib

MEUREUDU – Satu dari dua unit boat batuan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh untuk nelayan Kecamatan Meurahdua, Pidie Jaya (Pijay) beberapa tahun lalu, kini diduga raib alias tak diketahui rimbanya. Sementara bantuan dari sumber yang sama diperuntukkan kepada nelayan Kuala Kiran, Kecamatan Jangkabuya, saat ini telah membuahkan hasil. Abu Laot Meurahdua, M Nasir Mahmud, yang dikonfirmasi Serambi tentang hal itu, Kamis (18/2) mengatakan, dari dua unit boat yang diterima dari DKP Aceh sekitar empat tahun lalu, satu unit dipinjam pakai oleh nelayan Desa Jurong. Sedangkan satu unit lainnya yang juga dipinjam oleh salah seorang penduduk Gampong Dayah Kruet, sampai sekarang tidak diketahui rimba. “Kuat dugaan, armada itu telah dijual,” kata Nasir.

Buktinya, setelah ia mencoba menemui Juf (sang peminjam boat), pada Rabu (17/2) malam, ternyata Juf tak bisa menunjukkan dimana keberadaan boat tersebut. Padahal, boat yang dipinjam itu, katanya hanya beberapa pekan untuk mengangkut tanah galian tambak. Kendati sekarang sudah hampir dua tahun, tapi armada dimaksud belum juga dikembalikan. “Mungkin boat itu sudah dilego,” kata seorang warga Teupin Pukat.

Sementara satu unit yang dipinjam pakai nelayan Desa Jurong, sampai saat ini masih ada. Walau pun diakui, pemasukan dari armada ini pun terbilang nihil. “Jadi, tidak benar jika ada sementara orang yang menduga kedua boat itu sudah saya jual,” urai Abu Nasir, sembari menambahkan bahwa yang dipinjamkan itu hanya boat saja, sementara kedua mesinnya masih tersimpan baik di rumahnya di Gampong Teupin Pukat.

Bermanfaat
Berbeda dengan boat bantuan untuk nelayan Kiran Kecamatan Jangkabuya. Seperti diutarakan Munir, Abu Laot setempat, menjawab Serambi, Kamis (18/2). Katanya, kedua boat itu masih ada hingga sekarang, bahkan dinilai sangat bermanfaat, sebagai alat transit ketika kondisi babah kuala (muara sungai) dangkal. Diakui, pengelolaan boat tidak dilakukan seintensif betul, namun secara administrasi ia bisa mempertangungjawabkan terutama dengan nelayan setempat.

Setiap tahun, pemasukan dari kedua armada boat itu mencapai sekitar Rp 4.000.000. Jika dihitung, sejak diterima setidaknya pemasukan dari kedua bot fiber (nelayan menyebut “bot puteh”) mencapai Rp 12 juta. Itu belum dikurangi dengan berbagai pengeluaran. “Untung ada boat bantuan DKP. Dengan menggunakan bot fiber itu, semua hasil tangkapan nelayan bisa diangkut ke pantai untuk selanjutnya dijual ke agen. Dari jasa itulah, kami memperoleh pemasukan dana sebagai kas untuk keperluan bersama yang sifatnya dadakan,” timpal Munir.(Serambi Indonesia)

Tulisan ini dipublikasikan di Berita. Tandai permalink.